BREAKING NEWS
Search

Kisah Waluyo, Meminta Doa dan Restu Ibu untuk Memulai Berdayakan Masyarakat



SPOTDESA - Waluyo lahir pada tahun 1973 di Desa Lesmana, Kec. Ajibarang, Banyumas. Ia terkenal sangat sederhana dan berpenampilan apa adanya. Namun semangat dan jiwa sosialnya sangat baik. Dia banyak mendapat ilmu dan terinspirasi oleh sang ibu seorang penjual rujak.

Waluyo, Dasamas Desa Gemilang Asal Banyumas Pejuang desa ini merupakan lulusan SMK Pertanian di kampungnya, lalu melanjutkan pendidikan ke Fakultas Teknologi Pertanian di IPB. Setelah lulus Waluyo sempat bekerja di suatu perusahaan perkebunan di Lampung. Hanya bertahan 1 tahun kemudian dia kembali lagi ke Bogor menjaga rental komputer di IPB. Di tahun 1996 dia bekerja lagi di perkebunan kelapa di Banyu Asin, Sumatera Selatan selama 9 tahun. Di sini dia merasakan kenikmatan bekerja dan berbaur dengan masyarakat sekitar, hingga dia merasa ingin menetap di Palembang.

Untuk mengisi hari libur setiap hari Sabtu ia manfaatkan untuk mengajar Biologi di SMP Swasta Filial. Gedung SMP menumpang di gedung SD, dengan gedung berupa gubug, tak ada kursi meja. Melihat kondisi seperti ini, jiwa kepeduliannya muncul dan Anak siswa SMP diajak membuat meja secara sukarela. Mereka tidak diajak membuat secara langsung meja-meja tersebut, namun dengan cara mengarahkan anak-anak untuk membawa 2 butir kelapa per-minggu hanya untuk membuat meja dan kursi.

Pada tahun 2004 Waluyo menikah dengan gadis Palembang yang tinggal di dekat tempat dia bekerja. Lau dia kembali ke kampung halaman atas permintaan orang tuanya. Di desa dia memiliki 3 toko pertanian di sekitar Aji Barang. Waluyo berbisnis pertanian dengan model pendampingan petani. Setiap pagi dia datangi perkebunan masyarakat, melihat lihat perkembangan dan kendala pertanian masyarakat.

Ketika petani mengalami kemajuan, dia memberikan semangat agar pertaniannya terus berkembang. Ketika ada kendala pertanian, dia memberikan konsultasi dan teknik dan solusi permasalahannya. Jika butuh obat-obatan pertanian, dia memberikan arahan untuk membeli di tokonya dengan harga yang sesuai dengan harga pasar. Itulah yang dijalaninya sehari hari. Dalam pemberdayaan pertanian tidak ada satu permasalahan pun yang tidak ada solusinya. Menurutnya, kuncinya adalah pendampingan.

Dengan kondisi seperti ini, sebenarnya secara ekonomi ia sudah memiliki kecukupan melalui pergulatannya di bisnis pertanian. Namun sebagai orang yang ingin terus maju dan berkembang, ia ingin bisa memberikan lebih kepada masyarakat dan lingkungannya. “Kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat itu gue banget,” ungkapnya.

Ia terus merasa perlu mengasah pengalaman dan ilmunya. Dia aktif menjadi ketua PKBM desa sejak 2009 hingga 2013. Dalam berorganisasi dia selalu total. Dia berprinsip bahwa urusan umat itu banyak, oleh sebab itu harus banyak orang yang turun. Namun saat ini yang memikirkan umat itu sedikit. “Zaman Usman bin Abdul Azis itu umat tidak mau menerima zakat, karena orang miskin mementingkan orang lain”, ujarnya dengan yakin. Oleh sebab itu dia memilih orang yang sedikit itu. Ketika Orang lain membantu dengan memberikan uang, tapi Waluyo justru memberi jalan.

Memang terkadang tantangan datang dari keluarga yang berbeda pemikiran. Mereka berpandangan bahwa kenikmatan yang Allah berikan saat ini dinikmati saja. Tidak usah bekerja keras dan terlalu memikirkan orang lain. Toh orang lain juga menikmati dengan kondisi mereka sendiri. Namun karena ibunya mengizinkan, maka dia jalan terus dengan mantap.

Begitu pula ketika Al Azhar Peduli Ummat mengajak Waluyo untuk berjihad mendampingi masyarakat muslim di desa tertinggal di pedalaman Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Waluyo langsung meminta Al Azhar Peduli Ummat untuk memintakan izin kepada ibunya. Jika ibunya mengizinkan, maka dia dengan senang hati bergabung dengan Al Azhar Peduli Ummat.

Akhirnya ketika ibunya mengizinkan berpetualang dengan Al Azhar, dia pun segera meminta isterinya untuk merelakan dia bergabung dengan Al Azhar Peduli Ummat. Bagi dia, selain perintah agama untuk berbakti kepada orang tua, ibunya adalah orang yang cerdas dan memiliki feeling yang kuat. Menurutnya sang ibu merupakan orang yang kenyang hidup. Makanya ia selalu menjadikan ibunya sebagai rujukan dalam hidupnya. Dan doa ibu juga yang menentukan kesuksesan anaknya.

Dan benar juga, saat Waluyo di Kalimantan Tengah selama 6 bulan dia berhasil memberikan kontribusi yang luar biasa kepada masyarakat di 3 desa di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Dia dapat memberikan pengetahuan tentang teknologi komputer kepada aparat desa, mengajarkan pola tanam menetap dalam pertanian dan dapat membawa masyarakat lebih cerdas dan agamis.

Waluyo Bersama Murid SMK Teluk Kepayang
Kemudian, dia ditempatkan di Kabupatan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Di sana dia mengembangkan pertanian dan perkebunan masyarakat serta mengembangkan SMK Teluk Kepayang yang berbasis Agrobisnis. Dia dapat mengangkat sekolah SMK yang awalnya adalah sekolah terbelakang. Gedungnya bertempat di eks gudang bengkel peralatan berat perusahaan perkebunan. Namun setelah didampingi mutu pendidikan dan managementnya, saat ini SMK Teluk Kepayang adalah salah satu sekolah favorit di tingkat kecamatan.

Saat ini beliau diamanahi sebagai korwil DASAMAS Al Azhar Peduli di Kalimantan Selatan yang mengorganisir 7 DASAMAS yang ingin mengembangkan program Indonesia Gemilang dengan konsep Interlink Rural Development, yaitu konsep pemberdayaan kawasan yang berbasis potensi di setiap desa.



nanomag

SPOTDESA.COM adalah website resmi Majalah SPOT DESA, yang konsen terhadap permasalahan di desa untuk mencerdaskan masyarakat desa. Media ini berpusat di wilayah Tana Luwu.


0 thoughts on “Kisah Waluyo, Meminta Doa dan Restu Ibu untuk Memulai Berdayakan Masyarakat